Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan Cilacap


Sekilas Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin

   Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin berlokasi di Desa Kesugihan kidul, Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap, diatas areal tanah seluas 4 Ha. Kehadiran Pondok Pesantren ini dilandasi dengan semangat keagamaan untuk berdakwah yang bertujuan ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditindas oleh penjajah Belanda pada saat itu. Tepatnya 24 November 1925 M, seorang ulama KH. Badawi Hanafi mendirikan Pondok Pesantren di desa Kesugihan, beliau memanfaatkan mushola peninggalam ayahnya KH. Fadil untuk mengawali perintisan Pesantren, Mushola atau Langgar tersebut dikenal dengan nama “Langgar duwur” Pada awalnya pondok pesantren ini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Kesugihan, pada tahun 1961 pondok pesantren ini berubah nama menjadi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam (PPAI), dan pada tahun 1983 kembali berubah nama menjadi Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin, digunakan hingga sampai saat ini. Perubahan nama dilakukan oleh KH. Mustholih Badawi, putra KH Badawi Hanafi. Perubahan ini untuk mengenang Almarhum ayahnya yang sangat mengagumi karya monumental Imam Al-Ghazali (kitab Ihya ulumuddin) tentang pembaharuan islam. Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan, secara ekonomi berada pada masyarakat plural (beragam) yang terdiri dari nelayan, pedagang, petani, wiraswasta, dan Pegawai Negeri. Dari segi geografis lokasi pesantren dekat dengan pusat kota Cilacap. Kondisi ini mempengaruhi proses perkembangan pesantren dalam upaya menjaga nilai-nilai luhur tradisi keagamaan. Keseimbangan tersebut dapat tercipta karena masih adanya pengaruh karismatik para Kyai di wilayah Kesugihan, yang kemudian identik dengan Kota Santri. Letak geografis semacam itu, memberikan Inspirasi Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin dalam ikut memberdayakan masyarakat sekitar, cenderung menggunakan pendekatan agraris dan kelautan. Hal ini diimaksudkan agar kehadiran pesantren lebih nyata dalam memainkan peran sebagai agen perubahan (Agen of change).
Untuk profil pendiri pesantren akan ditulis dipostingan lain, insya Allah.

Kegiatan Santri Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin

1.Kegiatan Pokok
   Kegiatan pokok pesantren adalah kumpulan berbagai kegiatan Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin yang telah dikonsep sebagai kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh santri tanpa terkecuali baik putra maupun putri, kegiatan ini merupakan kegiatan harian pesantren sejak berdiri hingga sekarang dan merupakan ciri khas pondok pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan Cilacap.
Secara komprehensif tujuan diadakannya kegiatan kegiatan pokok pesanten adalah sebagai upaya pembekalan terhadap para santri yang spesifik pada pendalaman ilmu agama sebagaimana ciri khas pondok pesantren pada umumnya.

Adapun kegiatan pokok yang telah diformulasikan sebagai kegiatan pesantren yang sangat diprioritaskan antara lain meliputi :

a      - Pengajian Al-Qur’an
Dalam pengajian al-Qur’an pondok pesantren Al-Ihya ‘Ulumadddin mempunyai tiga sistem pengajian yang telah direalisasikan,yaitu :
-          Pengajian Juz ‘Amma Bil Ghoib ( Hafalan Juz ‘amma dengan tartil, dilakukan pada tahun pertama di pesantren)
-          Pengajian Al-Qur’an Bil Nadzor ( Pengajian Al-Qur’an 30 juz dengan membaca dihadapan guru secara individual, dilakuakan setelah hatam juz ‘amma bil ghoib)
-          Pengajian Al-Qur’an Bil Ghoib (Pengajian Al-Qur’an 30 juz dengan metode hafalan dihadapan guru secara individual)

    - Pengajian Sorogan
Kata sorogan berasal dari kata sorog yang berarti menyodorkan dan mendapat akhiran an. Jadi yang dimaksud dengan pengajian sorogan adalah pengajian dengan cara santri menyodorkan kitab gundul (tanpa harakat) minta untuk dibacakan kepada sang guru/ustadz untuk kemudian secara individu santri tersebut membaca kitab sesuai dengan bacaan guru/ustadz dengan pengawasannya.
Adapun kitab-kitab yang dikaji dalam pengajian sorogan adalah
1.       Safinah al najaa
2.       Qatr al ghayts
3.       Al Durar al bahiyah
4.       Tijaan al durari
5.       Sulam al munajat
6.       Bajuri sanusiah
7.       Al Riyadh al badi’ah
8.       Sulam al taufiq
9.       Al taqrib
10.   Ta’lim al muta’alim
11.   Fatkh al qarib


c      - Pengajian Bandungan
Kata Bandungan berasal dari kata bondong yang berarti berbondong-bondong dan mendapat akhiran an. Jadi yang dimaksud dengan pangajian bandungan adalah pengajian yang dilakukan dengan cara: santri berbondong-bondong mengunjungi majelis pengajian sang guru/ustadz untuk kemudian santri menyimak dan memaknai (dengan bahasa jawa pegon) kitab sesuai dengan bacaan sang guru/ustadz. Dalam pengajian bandungan ini para santri ditekankan untuk mengetahui tanda-tanda untuk mengetahui kedudukan kalimat dan cara membaca kitab kuning.
Dalam pengajian bandungan pondok pesantren mempunyai dua system yaitu:
-          Bandungan klasikal ( pengajian bandungan oleh seluruh santri berdasarkan kelas )
-          Bandungan fakultatif ( pengajian bandungan oleh seluruh santri dengan model santri sendirilah yang memilih pengajian bandungan kitab tertentu sesuai kemauannya)

2. Kegiatan Penunjang

    Kegiatan penunjang merupakan kegiatan santri Pondok Pesantren Al-Ihya ‘ulumaddin yang direalisasikan sebagai upaya pendukung terlaksananya kegiatan pokok pesantren. Disamping itu untuk membekali santri dengan berbagai macam kemampuan penunjang yang akan sangat dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat.

a.       Tahlil (rangkaian doa yang telah disusun sedemikian rupa sebagai perantara untuk memohon pertolongan, pemujaan dan permintaan seorang hamba kepada Allah swt)
b.      Pengajian Selasan ( Merupakan system pengajaran dengan metode mendengarkan ceramah, mau’idzoh, pengarahan dan bimbingan dari para Kyai, dilakuakan setiap malam selasa)
c.       Rotiban ( majelis mujahadah bersama yang dilakukan sebagai amalan rutin santri putrid)
d.      Seaman Al-Qur’an ( menyimak dengan seksama bacaan al-Qur’an yang dibacakan oleh para khafidz maupun khafidzah)
e.      Pembacaan Shalawat al Barzanji
f.        Khitobah (Pidato)
g.       Takror malam (adalah mengulang pelajaran yang ada di sekolah diniah sore, MINATS (Madrasah Islamiyah Nahdlatut Thullab Sore) namun dalam takror ini hanya dikhususkan untuk materi nahwu shorof dan musyawarah)
h.      Muhafadzoh (menghafal kitab-kitab nahwu dan Shorof)
i.         Takhasus santri baru
j.        Ziarah kubur ( ziarah kubur tersebut meliputi ziarah ke makam Muasis pesantren dan ziarah wali songo)

3. Kegiatan Pengembangan

   Yang dimaksud kegiatan pengembangan di pondok pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin adalah serangkaian kegiatan yang berorientasi pada pengembangan diri santri secara individual (pribadi) maupun komunitas, sebagai penunjang kegiatan wajib. Kegiatan ini telah dikonsep sedemikian rupa untuk memfasilitasi santri dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan.
   Secara universal, tujuan pokok diadakannya kegiatan pengembangan adalah agar para santri dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, terkait dengan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan.

Adapun kegiatan pengembangan yang telah di realisasikan adalah:

-          Madrasah Islamiyyah Nahdlatut Thullab (MINAT) Sore (yaitu sekolah diniah yang mempelajari berbagai cabang ilmu agama, terdiri dari kelas satu sampai kelas 6)
-          Pengembangan Kepribadian (kegiatan ini meliputi berbagai macam organisasi sebagai wahana untuk membekali santri dalam hidup bermasyarakat yang beragam). Organisasi tersebut antara lain:
a.       Ikatan Keluarga Santri Al-Ihya ‘Ulumaddin (IKSA)
IKSA merupakan organisasi santri dan alumni PONPES Al-Ihya ‘Ulumaddin yeng telah dikonsep untuk memfasilitasi santri dalam berorganisasinyang berorientasi pada terjalinnya tali silaturahim santri dan alumni pada khususnya dan pengenalan terhadap realitas masyarakat pada umumnya.
b.      HISAPSEHADA (Himpunan Santri Pecinta Seni Hadrah Al-Ihya)
c.       Pencak Silat ( Pagar Nusan dan Setia Hati Teratai)
d.      PERSEPPA (Persatuan Sepak Bola Al-Ihya)
-          Pengembangan Ketrampilan, meliputi:
a.       Pelatihan Pertukangan dan Bangunan
b.      Pelatihan Menjahit dan Bordir
c.       Perbengkelan

Disamping pelatihan ketrampilan diatas, PONPES Al-Ihya ‘Ulumaddin juga membekali santri yang berorientasi pada pembekalan ketrampilan secara individual, dalam hal ini pesantren telah memberikan fasilitas untuk para santri sbb:
     -          Perpustakaan Dar Al-Hikmah
     -          Laboratorium Komputer
     -          Laboratorium Bahasa
     -          Gedung Balai Latihan Kerja Santri (BLKS)





Disamping semua kegiatan itu Pondok Pesantren Al-Ihya ‘Ulumaddin juga memfasilitasi para santrinya yang masih mengenyam pendidikan formal, diantara pendidikan formal yang ada di Pesantren adalah:
-          SMP Ya BAKII 1 Kesugihan
-          MTS MINAT
-          SMA Ya BAKII Kesugihan
-          MA MINAT
-          Institut Agama Islam Imam Ghazali (IAIIG)


( Dikutip dari Agenda Santri PP Al-Ihya ‘Ulumaddin)

SMS Gratis

       Yo yo yo, bagi sahabat-sahabat yang ada di luar negeri dan ingin SMS keluarga atau pacar :p, tapi gak punya duit :D, gak usah khawatir kunjungin aja blog ane, sahabat-sahabat bisa kirim SMS Gratis ke Indonesia, tapi dengan catatan gunakan dengan bijak, jika sahabat-sahabat tidak menggunakan dengan bijak kerugian yang diakibatkan sms gratis ini, diluar tanggung jawab Suara Hati. Menggunakan layanan ini, berarti anda memahami peraturan Kepingan Hati. Terima kasih.
SMS Gratis ini bisa anda temui di Beranda Blog Suara Hati di bawah Slankers & Oi FM.

Tempe Mendoan Purwokerto


     Yap kali ini saya sebagai putra Purwokerto akan memperkenalkan masakan khas Purwokerto, yaitu tempe mendoan. Tempe mendoan adalah salah satu jenis makanan dari Kabupaten Banyumas, makanan ini tebuat dari tempe yang dimasukan kedalam adonan tepung lalu digoreng. Disebut mendoan karena cara memasaknya dengan cara memasukannya ke minyak goreng yang panas dan banyak lalu cepat-cepat diangkat, sehingga terasa setengah mateng dan masih terasa basah minyaknya. Hal inilah yang membuat tempe mendoan Purwokerto berbeda dengan tempe mendoan daerah-daerah lain. Rata-rata tempe mendoan di daerah lain digoreng hingga kering, sehingga tak terasa basah minyaknya. Biasanya sih tempe mendoan seperti itu disebut juga tempe kemul.

     Tempe mendoan Purwokerto paling nikmat disantap saat masih hangat, jika anda sedang berwisata atau melewati kota Purwokerto, sempatkanlah singgah dirumah makan tradisional, hampir setiap rumah makan tradisional di Purwokerto menyajikan makanan satu ini. Dan bagi anda yang suka makanan pedas tempe mendoan juga cocok disantap dengan sambal kecap atau disantap langsung dengan cabe rawit.
Dan bagi sahabat bloggers yang tak sempat pergi ke Purwokerto dan ingin mencoba memasaknya di rumah, disini saya akan kasih resepnya.

Bahan:
10 tempe kedalai khusus mendoan yang berupa lembaran tipis tempe yang dilapisi daun pisang
250 gram terigu protein sedang
400 ml air (atau secukupnya)
2 batang daun bawang atau kucai iris halus

Bumbu dihaluskan :
4 siung bawang putih
1 sdt ketumbar
3 butir kemiri
1,5 sdt garam

Bahan sambal kecap:
10 cabe rawit iris halus (atau sesuai selera)
1 bawang merah iris halus (atau sesuai selera)
Kecap secukupnya

Cara membuat:
1. Campur  bumbu halus dan air, aduk kemudian masukkan terigu dan daun bawang. Aduk hingga rata.     Ingat jangan terlalu encer dan jangan terlalu kental adonannya.
2. Panaskan minyak dengan api sedang. Celupkan tempe satu persatu, masukkan ke penggorengan.
3. Goreng hingga agak kecoklatan. Angkat. Ingat juga, jangan sampai terlalu kering menggorengnya.
4. Sajikan dengan sambal kecap.
5. Santap sampai habis, hehehe

SEKILAS TENTANG JAMI’YYAH AHLITH THARIQAH AL MU’TABARAH AN NAHDLIYYAH DI - INDONESIA




Sebelum kita berbicara tentang Jam’iyah ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah akan saya uraikan dulu pengertian Thariqah. Thariqah berarti "jalan" atau "metode", dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme dalam Islam. Ia secara konseptual terkait dengan ḥaqiqah atau "kebenaran sejati", yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku aliran tersebut. Seorang penuntut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum Islam, yaitu praktik eksoteris atau duniawi Islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk ṭariqah. Melalui praktik spiritual dan bimbingan seorang pemimpin thariqah, calon penghayat thareqah akan berupaya untuk mencapai ḥaqiqah (hakikat, atau kebenaran hakiki).
Kata thariqah berasal dari bahasa Arab yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), thariqah ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian thariqah memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, thariqah sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Sejarah Jam'iyah ahlith Thariqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah

Jam'iyah ahlith Thariqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah adalah organisasi yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang mengamalkan thariqah.

Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran Thariqah Al Mu’tabarah, yang merupakan salah satu pilar dari ajaran Islam Ala Ahlussunah Wal Jama’ah yang telah dirintis dan dikembangkan oleh para salafus shalihin, yang bersumber dari Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam Malaikat Jibril Alaihi Salam atas petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala  dengan sanad yang muttasil.

Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah merupakan suatu sarana bagi para Mursyidin untuk lebih mengefektifkan pembinaan terhadap para murid yang telah berbaiat sekaligus sebagai forum untuk menjalin ukhuwah antar sesama penganut ajaran Thariqah dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan dan keihlasan didalam amaliyah ubudiyyah serta meningkatkan rabithah terhadap guru Mursyid.

Thariqah ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju   Allah SWT melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan.
Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath atau pondok pesantren, perguruan, atau khalaqah.

Dinamakan thariqah maksudnya menjalankan Agama Islam dengan lebih hati-hati dan teliti sebagaimana menjauhi perkara yang masih syubhat dan melaksanakan keutamaan-keutamaan sesudah kewajiban-kewajiban pokok, seperti mengerjakan sholat tahajjud dan sholat sunnat rowatib dan lain sebagainya. Disertai dengan kesungguhan dalam mengerjakan ibadah dan riyadlah, misalnya berpuasa pada hari Senin dan hari Kamis, rajin membaca Al Qur'an, membaca sholawat Nabi, dzikir, tasbih, istighfar dan lain sebagainya.
 Dinamakan Al Mu'tabarah itu karena semua amalannya (thariqahnya) bersambung (muttasil) sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW. Yang mana beliau menerima dari Malikat Jibril AS. Dan Malaikat Jibril dari Allah SWT.

Pendirian Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah melalui dua tahap, tahap pertama yaitu saat Muktamar NU ke-1 di Tegalrejo Magelang pada 10 Oktober 1957. Saat itu namanya hanya Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah (tanpa An Nahdliyyah), adapun pemrakarsa muktamar NU ke-1 adalah KH Muslih Abdurrohman, Mranggen Demak Jawa Tengah, KH Nawawi, Berjan Purworejo Jawa Tengah,KH Masruhan, Mranggen Demak Jawa Tengah, KH Khudlori, Tegalrejo Magelang Jawa Tengah,  Andi Potopoi, Bupati Grobogan Jawa Tengah. Nama Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah terus digunakan hingga Muktamar NU ke-5. Tahap selanjutnya atau tahap ke dua yaitu saat Muktamar NU ke-6 di Probolinggo nama Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah ditambah An Nahdiyyah menjadi Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah, dan nama inilah yang terus digunakan hingga sekarang.

Perubahan nama diatas berdasarkan Muktamar NU ke-26 di Semarang, keputusan itu dibuat berdasarkan usulan sebagian besar Tokoh Ulama’ Thariqah sendiri dengan alasan agar Jam’iyyah ini tidak dibawa-bawa kekancah politik praktis. Dalam Muktamar tersebut juga menetapkan bahwa NU mempunyai Badan Otonom yang namanya ; Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah.

Berdasarkan keterangan ini maka disepakati bahwa Tokoh pendiri Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah, Ro’is ‘Am PBNU, KH. Bisri Syamsuri, Katib ‘Am PBNU, KH. Dr. Idham Cholid, Ketua Umum PBNU, KH. Masykur, Sekjen PBNU, KH. Muslih Abdurrohman , Ro’is ‘Am Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah.

Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah mempunyai sifat dan tujuan,
Adapun sifat ajaran Thariqah Al Muktabarah An Nahdliyyah adalah :
1. Universal artinya : thariqah memiliki sifat yang mendunia melampui batas-batas wilayah dan negara karena tiap-tiap aliran Thariqah walaupun diamalkan oleh tiap-tiap warga negara tetapi secara sanat masing-masing masih berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
2. Sifat menyeluruh artinya pelaksanaan ajaran thariqah sekaligus meliputi pelaksanaan Al  Aqidah Al Syariah Al Muamalah dan Al Akhlaq yang bertujuan untuk wushul ila Allah.
3. Tertib dan terbimbing, setiap pengamal thariqah harus didasarkan kepada kitab-kitab yang muktabar dengan bimbingan para Mursyid.
4. Al Wushul Ila Allah, thariqah adalah tidak semata-mata bentuk amalan bacaan atau dzikir untuk mencari pahala tetapi Thariqah bertujuan membentuk manusia seutuhnya, lahiriyah bathiniyah, yang bisa mengembangkan dan merasa didengar dan dilihat oleh Allah, atas dirinya sehingga dapat memiliki beberapa sifat Al Hauf, Ar Raja’, As Shidiq, Al Mahabbah, Al Wara’, Az Zuhud, As Syukur Al Shabar, Al Khaya’ dan Al Khusyu’. Semuanya itu merupakan bagian dari syarat dalam mencapai mardhotillah.
5. Amanah, Fathonah, Shidik dan Tabligh, sebagai cahaya pancaran dari baginda Nabi yang seharusnya mewarnai setiap anggota Thariqah, sehingga dari sifat-sifat tersebut dapat melahirkan sifat handarbeni dan menghargai segala pemberian hak individu dari lingkup yang kecil sampai yang besar baik yang diberikan oleh Allah SWT  maupun pemberian oleh sebab manusia

Sedangkan Tujuan Jam'iyyah Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah adalah:
1. Mengupayakan berlakunya syari’at Islam Ala Ahlussunah wal Jama’ah secara konsisten dalam bidang syari’at, Thariqah, Hakikat dan Ma’rifat di tengah masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menyebarluaskan dan mengembangkan ajaran Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah melalui kegiatan-kegiatan khususiyyah Thariqiyyah/Tawajjuhan
3. Mengembangkan, mempercepat, mempergiat dan memelihara ukhuwah Thariqiyyah An Nahdliyyah sesama pengamal thariqah, meningkatkan tasamuh antar aliran–aliran thariqah dan meningkatkan ilmu nafi’ dan amal shalih dlohir dan bathin menurut Ulama  Shalihin dengan bai’at yang shoheh.



Nama-nama aliran Thariqah Al-Mu'tabaroh

Sejak awal kemunculannya, Thariqah terus mengalami perkembangan dan penyebarluasan ke berbagai negeri, sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya aliran-aliran di dalam Thariqah. Dalam kitab Dairatul Ma'arif Al-Islamiyah disebutkan ada 163 aliran Thariqah, yang salah satu di antaranya mempunyai 17 cabang. Sementara Syaikh Muhammad Taufiq Al-Bakry dalam kitabnya Baitus-Shiddiq, menyebutkan aliran-aliran Thariqah di dunia Islam, (yang lama dan yang baru) kurang lebih sekitar 124 aliran Thariqah.

Dari sekian banyak aliran tersebut, oleh Jam'iyah Ahli Al Thariqah Al ­Mu'tabaroh An-Nahdliyah dikelompokkan menjadi mu'tabaroh dan ghoi'ru mu'tabaroh. Yang dimaksud Thariqah Mu'tabaroh adalah aliran thariqah yang memiliki sanad yang muttashil (bersambung) sampai kepada Rasulullah SAW. Beliau menerima dari Malaikat Jibril AS. Dan Malaikat Jibril AS dari Allah SWT. Sehingga dapat diikuti dan dikembangkan, yang jumlahnya - menurut Rais 'Am, Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ada-43 aliran Thariqah. Sedang Thariqah Ghairu Mu'tabarah adalah aliran Thariqah yang tidak memiliki kriteria seperti tersebut diatas, dan jumlahnya adalah sisanya yang ada.

Adapun aliran - aliran thariqah yang dinilai mu'tabaroh itu adalah sebagai berikut;
1. 'Abbasiyah,                                                  22. Ahmadiyah,
2. Akbariyah,                                                    23. 'Alawiyah,
3. Baerumiyah,                                                 24. Bakdasyiyah,
4. Bakriyah                                                       25. Bayumiyah,
5. Buhuriyah,                                                    26. Dasuqiyah,
6. Ghoibiyah,                                                    27. Ghozaliyah,
7. Haddadiyah,                                                 28. Hamzawiyah,
8. Idrisiyah,                                                      29. 'Idrusiyah,
9. 'Isawiyah,                                                    30. Jalwatiyah,
10. Justiyah,                                                    31. Kal-syaniyah,
11. Khodliriyah,                                                32. Kholwatiyah,
12. Kholidiyah wan-Naqsyabandiyah,              33. Kubrowiyah,
13. Madbuliyah,                                               34. Malamiyah,
14. Maulawiyah,                                               35. Qodiriyah wan-Naqsyabandiyah,
15. Rifa'iyah                                                     36. Rumiyah,
16. Sa'diyah,                                                    37. Samaniyah,
17. Sumbuliyah,                                               38. Sya'baniyah,
18. Syadzaliyah,                                              39. Syathoriyah,
19. Syuhrowiyah,                                             40. Tijaniyah,  
20. 'Umariyah,                                                  41. 'Usyaqiyah,
21. 'Utsmaniyah,                                              42. Uwaisiyah dan 
43. Zainiyah.




(diambil dari berbagai sumber/bacaan)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates