Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

SEKILAS TENTANG JAMI’YYAH AHLITH THARIQAH AL MU’TABARAH AN NAHDLIYYAH DI - INDONESIA




Sebelum kita berbicara tentang Jam’iyah ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah akan saya uraikan dulu pengertian Thariqah. Thariqah berarti "jalan" atau "metode", dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme dalam Islam. Ia secara konseptual terkait dengan ḥaqiqah atau "kebenaran sejati", yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku aliran tersebut. Seorang penuntut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum Islam, yaitu praktik eksoteris atau duniawi Islam, dan kemudian berlanjut pada jalan pendekatan mistis keagamaan yang berbentuk ṭariqah. Melalui praktik spiritual dan bimbingan seorang pemimpin thariqah, calon penghayat thareqah akan berupaya untuk mencapai ḥaqiqah (hakikat, atau kebenaran hakiki).
Kata thariqah berasal dari bahasa Arab yang berarti: (1) jalan atau petunjuk jalan atau cara, (2) Metode, system (al-uslub), (3) mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halah), (5) tiang tempat berteduh, tongkat, payung (‘amud al-mizalah).
Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), thariqah ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/maqamat.
Dengan demikian thariqah memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan. Kedua, thariqah sebagai persaudaraan kaum sufi (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath, atau khanaqah.

Sejarah Jam'iyah ahlith Thariqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah

Jam'iyah ahlith Thariqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah adalah organisasi yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang mengamalkan thariqah.

Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah merupakan organisasi keagamaan sebagai wadah pengamal ajaran Thariqah Al Mu’tabarah, yang merupakan salah satu pilar dari ajaran Islam Ala Ahlussunah Wal Jama’ah yang telah dirintis dan dikembangkan oleh para salafus shalihin, yang bersumber dari Rasulullah Shollallahu Alaihi Wasallam Malaikat Jibril Alaihi Salam atas petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala  dengan sanad yang muttasil.

Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah merupakan suatu sarana bagi para Mursyidin untuk lebih mengefektifkan pembinaan terhadap para murid yang telah berbaiat sekaligus sebagai forum untuk menjalin ukhuwah antar sesama penganut ajaran Thariqah dalam rangka meningkatkan kualitas keimanan, ketakwaan dan keihlasan didalam amaliyah ubudiyyah serta meningkatkan rabithah terhadap guru Mursyid.

Thariqah ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (para penempuh jalan) menuju   Allah SWT melalui tahapan-tahapan/maqamat.

Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama ia berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan diri dengan Tuhan.
Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum sufi yang ditandai dengan adannya lembaga formal seperti zawiyah, ribath atau pondok pesantren, perguruan, atau khalaqah.

Dinamakan thariqah maksudnya menjalankan Agama Islam dengan lebih hati-hati dan teliti sebagaimana menjauhi perkara yang masih syubhat dan melaksanakan keutamaan-keutamaan sesudah kewajiban-kewajiban pokok, seperti mengerjakan sholat tahajjud dan sholat sunnat rowatib dan lain sebagainya. Disertai dengan kesungguhan dalam mengerjakan ibadah dan riyadlah, misalnya berpuasa pada hari Senin dan hari Kamis, rajin membaca Al Qur'an, membaca sholawat Nabi, dzikir, tasbih, istighfar dan lain sebagainya.
 Dinamakan Al Mu'tabarah itu karena semua amalannya (thariqahnya) bersambung (muttasil) sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW. Yang mana beliau menerima dari Malikat Jibril AS. Dan Malaikat Jibril dari Allah SWT.

Pendirian Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah melalui dua tahap, tahap pertama yaitu saat Muktamar NU ke-1 di Tegalrejo Magelang pada 10 Oktober 1957. Saat itu namanya hanya Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah (tanpa An Nahdliyyah), adapun pemrakarsa muktamar NU ke-1 adalah KH Muslih Abdurrohman, Mranggen Demak Jawa Tengah, KH Nawawi, Berjan Purworejo Jawa Tengah,KH Masruhan, Mranggen Demak Jawa Tengah, KH Khudlori, Tegalrejo Magelang Jawa Tengah,  Andi Potopoi, Bupati Grobogan Jawa Tengah. Nama Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah terus digunakan hingga Muktamar NU ke-5. Tahap selanjutnya atau tahap ke dua yaitu saat Muktamar NU ke-6 di Probolinggo nama Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah ditambah An Nahdiyyah menjadi Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah, dan nama inilah yang terus digunakan hingga sekarang.

Perubahan nama diatas berdasarkan Muktamar NU ke-26 di Semarang, keputusan itu dibuat berdasarkan usulan sebagian besar Tokoh Ulama’ Thariqah sendiri dengan alasan agar Jam’iyyah ini tidak dibawa-bawa kekancah politik praktis. Dalam Muktamar tersebut juga menetapkan bahwa NU mempunyai Badan Otonom yang namanya ; Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah.

Berdasarkan keterangan ini maka disepakati bahwa Tokoh pendiri Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah, Ro’is ‘Am PBNU, KH. Bisri Syamsuri, Katib ‘Am PBNU, KH. Dr. Idham Cholid, Ketua Umum PBNU, KH. Masykur, Sekjen PBNU, KH. Muslih Abdurrohman , Ro’is ‘Am Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah.

Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah mempunyai sifat dan tujuan,
Adapun sifat ajaran Thariqah Al Muktabarah An Nahdliyyah adalah :
1. Universal artinya : thariqah memiliki sifat yang mendunia melampui batas-batas wilayah dan negara karena tiap-tiap aliran Thariqah walaupun diamalkan oleh tiap-tiap warga negara tetapi secara sanat masing-masing masih berhubungan antara satu dengan yang lainnya.
2. Sifat menyeluruh artinya pelaksanaan ajaran thariqah sekaligus meliputi pelaksanaan Al  Aqidah Al Syariah Al Muamalah dan Al Akhlaq yang bertujuan untuk wushul ila Allah.
3. Tertib dan terbimbing, setiap pengamal thariqah harus didasarkan kepada kitab-kitab yang muktabar dengan bimbingan para Mursyid.
4. Al Wushul Ila Allah, thariqah adalah tidak semata-mata bentuk amalan bacaan atau dzikir untuk mencari pahala tetapi Thariqah bertujuan membentuk manusia seutuhnya, lahiriyah bathiniyah, yang bisa mengembangkan dan merasa didengar dan dilihat oleh Allah, atas dirinya sehingga dapat memiliki beberapa sifat Al Hauf, Ar Raja’, As Shidiq, Al Mahabbah, Al Wara’, Az Zuhud, As Syukur Al Shabar, Al Khaya’ dan Al Khusyu’. Semuanya itu merupakan bagian dari syarat dalam mencapai mardhotillah.
5. Amanah, Fathonah, Shidik dan Tabligh, sebagai cahaya pancaran dari baginda Nabi yang seharusnya mewarnai setiap anggota Thariqah, sehingga dari sifat-sifat tersebut dapat melahirkan sifat handarbeni dan menghargai segala pemberian hak individu dari lingkup yang kecil sampai yang besar baik yang diberikan oleh Allah SWT  maupun pemberian oleh sebab manusia

Sedangkan Tujuan Jam'iyyah Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah adalah:
1. Mengupayakan berlakunya syari’at Islam Ala Ahlussunah wal Jama’ah secara konsisten dalam bidang syari’at, Thariqah, Hakikat dan Ma’rifat di tengah masyarakat dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Menyebarluaskan dan mengembangkan ajaran Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah melalui kegiatan-kegiatan khususiyyah Thariqiyyah/Tawajjuhan
3. Mengembangkan, mempercepat, mempergiat dan memelihara ukhuwah Thariqiyyah An Nahdliyyah sesama pengamal thariqah, meningkatkan tasamuh antar aliran–aliran thariqah dan meningkatkan ilmu nafi’ dan amal shalih dlohir dan bathin menurut Ulama  Shalihin dengan bai’at yang shoheh.



Nama-nama aliran Thariqah Al-Mu'tabaroh

Sejak awal kemunculannya, Thariqah terus mengalami perkembangan dan penyebarluasan ke berbagai negeri, sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya aliran-aliran di dalam Thariqah. Dalam kitab Dairatul Ma'arif Al-Islamiyah disebutkan ada 163 aliran Thariqah, yang salah satu di antaranya mempunyai 17 cabang. Sementara Syaikh Muhammad Taufiq Al-Bakry dalam kitabnya Baitus-Shiddiq, menyebutkan aliran-aliran Thariqah di dunia Islam, (yang lama dan yang baru) kurang lebih sekitar 124 aliran Thariqah.

Dari sekian banyak aliran tersebut, oleh Jam'iyah Ahli Al Thariqah Al ­Mu'tabaroh An-Nahdliyah dikelompokkan menjadi mu'tabaroh dan ghoi'ru mu'tabaroh. Yang dimaksud Thariqah Mu'tabaroh adalah aliran thariqah yang memiliki sanad yang muttashil (bersambung) sampai kepada Rasulullah SAW. Beliau menerima dari Malaikat Jibril AS. Dan Malaikat Jibril AS dari Allah SWT. Sehingga dapat diikuti dan dikembangkan, yang jumlahnya - menurut Rais 'Am, Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya ada-43 aliran Thariqah. Sedang Thariqah Ghairu Mu'tabarah adalah aliran Thariqah yang tidak memiliki kriteria seperti tersebut diatas, dan jumlahnya adalah sisanya yang ada.

Adapun aliran - aliran thariqah yang dinilai mu'tabaroh itu adalah sebagai berikut;
1. 'Abbasiyah,                                                  22. Ahmadiyah,
2. Akbariyah,                                                    23. 'Alawiyah,
3. Baerumiyah,                                                 24. Bakdasyiyah,
4. Bakriyah                                                       25. Bayumiyah,
5. Buhuriyah,                                                    26. Dasuqiyah,
6. Ghoibiyah,                                                    27. Ghozaliyah,
7. Haddadiyah,                                                 28. Hamzawiyah,
8. Idrisiyah,                                                      29. 'Idrusiyah,
9. 'Isawiyah,                                                    30. Jalwatiyah,
10. Justiyah,                                                    31. Kal-syaniyah,
11. Khodliriyah,                                                32. Kholwatiyah,
12. Kholidiyah wan-Naqsyabandiyah,              33. Kubrowiyah,
13. Madbuliyah,                                               34. Malamiyah,
14. Maulawiyah,                                               35. Qodiriyah wan-Naqsyabandiyah,
15. Rifa'iyah                                                     36. Rumiyah,
16. Sa'diyah,                                                    37. Samaniyah,
17. Sumbuliyah,                                               38. Sya'baniyah,
18. Syadzaliyah,                                              39. Syathoriyah,
19. Syuhrowiyah,                                             40. Tijaniyah,  
20. 'Umariyah,                                                  41. 'Usyaqiyah,
21. 'Utsmaniyah,                                              42. Uwaisiyah dan 
43. Zainiyah.




(diambil dari berbagai sumber/bacaan)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates